Hari sabtu tanggal 20 April 2019, Rumah Belajar Literasi Bandung berkesempatan menghadiri rapat koordinasi yang dibuat oleh Dinas perpustakaan provinsi Jawa Barat. Kami yaitu 4 orang member RB Literasi mewakili Ibu Profesional Bandung di acara tersebut. Rapat koordinasi yang juga berupa lokakarya mendongeng tersebut merupakan salah satu rangkaian acara Festival Literasi Jawa Barat yang diadakan di Gedung Sate Bandung.
[caption id="attachment_190" align="alignnone" width="908"] Perwakilan RB Literasi Ibu Profesional Bandung (Foto : Gita Lestari)[/caption]
Acara sudah dimulai dari pukul 07.30 WIB. Kami sedari pagi sudah datang akhirnya perlu terhenti karena tidak perkenankan anak kecil ikut masuk. Logika yang sudah diketahui tapi terlibas dengan harapan naif hati yang berkata "Ah sugan weh bisa". Alhasil kami perlu mengutus satu orang perwakilan ke dalam sementara yang lain mendampingi anak-anak. Manda pun akhirnya menyanggupi untuk menjadi perwakilan, dan anak-anak bersama Tante Qure juga Teh Gita.
Awalnya Manda berniat mau setor muka saja sebentar lalu kembali keluar membersamai kedua putri. Tak disangka, Manda ditempatkan di kursi paling depan, berjarak kurang dari satu meter ke kursi Kak Andi sang narasumber berada. Manda pun mengurungkan niat untuk keluar, karena mau keluar juga ga bisa, dan mencoba mulai mensyukuri pilihan Manda saat itu.
Lokakarya Mendongeng oleh Kak Andi Yudha Asfandiyar
Semenjak bertemu Kak Andi Yudha di Wisuda Matrikulasi IIP, saya mulai ikut mencari tahu tentang pentingnya mendongeng untuk perkembangan anak. Berkesempatan mendapat lokakarya mendongeng langsung seperti ini, bagi saya adalah kemewahan. Kak Andi Yudha mengemas lokakarya dengan cara yang juga seru, mudah ditangkap, dan semoga bisa konsisten menerapkannya.
[caption id="attachment_189" align="alignnone" width="800"] Ka Andi dan Kucing Mio (Foto : Twitter Kanal_kpk)[/caption]
Berikut adalah catatan dari lokakarya Manda dengan Kak Andi Yudha di Gedung Sate.
Dongeng atau Storytelling merupakan cara atau teknik berkomunikasi yang didalamnya terdapat pesan, nilai-nilai, karakter, teladan dll. Yang semuanya mendorong, memotivasi orang lain untuk mengenal, mengerti, memahami, serta memperoleh transfer pengalaman, hikmah dan terdorong untuk berubah lebih baik.
Dongeng sebagai metode komunikasi yang efektif bagi proses belajar anak. Dongeng juga merupakan metode komunikasi bagi khotib jum'at, pengkhotbah, presentasi, pengajian, kampanye, diskusi, konsultasi, memimpin rapat, MC dll. Seorang yang mahir menangani kata, mampu melahirkan banyak gambar.
W.G Van De Hulst dalam bukunya bercerita, mengatakan bahwa seorang pencerita menggunakan kata untuk "memperlihatkan". Pencerita/ Storyteller bukanlah seorang narator yang hanya bercerita dalam rangkaian peristiwa, melainkan memperlihatkan atau menggambarkan sesuatu.
Dalam proses pendidikan dongeng/ cerita merupakan metode yang efektif dalam penyampaian pesan (message) serta nilai-nilai (value) dalam pembentukan karakternya (character building).
Manfaat dongeng:
- Komunikasi yang menarik perhatian anak-anak
- Melatih daya konsentrasi anak-anak
- Mengajak anak berasosiasi
- Melatih anak beridentifikasi
- Memicu daya kritis
- Memperkaya kosa kata dan bahasa
- Melatih anak berimajinasi
- Memupuk rasa keindahan dan kehalusan budi
- Memupuk jiwa petualang
- Mendorong cara belajar yang fun
- Melatih anak-anak mengenal kebesaran Sang Pencipta
Manfaat mendongeng ini begitu terasa pada acara lokakarya tersebut. Kak Andi mengajak hadirin yang datang untuk merasakan langsung bagaimana proses kreatif membuat sebuah dongeng menjadi berhasil. Media yang sederhana pun mampu disulapnya menjadi alat bantu mendongeng yang seru. Saat itu Kak Andi memberikan masing-masing peserta sebuah plastik putih untuk dijadikan sebuah alat bantu mendongeng. Kreativitas pun bermunculan pada ruangan resmi tersebut.
Hal Penting dalam Storytelling atau Dongeng
- Cerita. Jenis cerita apa yang dipilih? Legenda, mitos, fabel, fairy tales, folklore, non-fiksi dsb.
- Ekspresi. Mimik wajah yang menunjukkan penghayatan atas cerita yang dibawakannya.
- Penguasaan Materi Cerita. Hal-hal yang berkaitan dengan cara bertutur yang runut, plot/alur yang jelas, pemahaman atas konteks cerita dll.
- Vocal, Intonasi. Aspek tinggi atau rendah, irama, nada suara dan gaya vocal yang dibawakan.
- Pelafalan Kosa kata. Kata-kata yang diucapkan dengan jelas, meski dengan olahan irama, nada, tempo dan gaya yang berbeda-beda.
- Gesture Tubuh. Gerak tubuh dalam memperjelas dan mendukung cerita yang dibawakan
- Alat Bantu Media. Aneka media atau benda yangg dijadikan sebagai alat untuk mendukung dan memperjelas pesan yang ingin disampaikan.
- Kreativitas. Hal-hal tambahan lain yang membuat cerita semakin menarik, jelas, menggelitik, mengundang penasaran, kreatif dll.
- Arah Bicara. Berkaitan dengan posisi bicara kita dengan lawan bicara (di bawah, sejajar, di atas, di pinggir, dst.)
- Durasi/ waktu. Sebaiknya waktu yang kita pakai untuk bercerita; efektif, tidak bertele-tele dan sesuai kondisi audiens atau target cerita.
Kak Andi dengan piawai membagikan ilmunya tentang hal penting dalam mendongeng. Peserta diminta melatih intonasi suara, ekspresi, melepaskan segala citra diri masing-masing. Keseruan ini terasa kurang saat waktu menunjukan batas dari acara lokakarya ini. Kak Andi berpamitan dan mengakhiri sesi lokakarya yang kemudian dilanjutkan oleh pembicara spesial. Ialah Ibu Atalia Praratya, istri dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, yang memasuki ruangan dengan kesan tersendiri.
Ibu Cinta
Selama ini menjadi follower Ibu Atalia Praratya Kami, lebih akrab disebut si Cinta dan Ibu Cinta, saya tidak pernah membayangkan bisa bertemu secara langsung. Kenyataan bahwa hari ini bisa berada dalam satu ruangan dan mendapat pengarahan langsung dari beliau, wah bahagia sekali. Melihat bagaimana luwesnya beliau memberikan speech, memesona.
[caption id="attachment_167" align="alignnone" width="2448"] Ibu Atalia "Cinta" Praratya saat memberi sambutan (Foto : Alienda Sophia)[/caption]
Pesan beliau untuk para Bunda, terutama Bunda yang bergerak di bidang literasi, untuk bersemangat menaikan angka kesadaran berliterasi dimulai dari rumah sendiri. Sebagai para Ibu yang memiliki peran utama sebagai pendidik, mengenalkan literasi bisa dengan cara membacakan buku, mendongeng, atau bahkan menuliskan cerita. Bu Cinta yang hari itu sedang mempromosikan buku hasil karyanya, meminta serta para Ibu untuk juga bisa menulis buku. Bu Cinta sendiri menulis buku yang mengajak anak untuk menyukai makan ikan. Buku dengan tema unik ini bisa menjadi pilihan para Ibu yang ingin mengenalkan baiknya memakan ikan bagi kesehatan.
Pesan yang cukup singkat tersebut akhirnya ditutup dengan quote menarik yang dibagikannya bagi semua yang hadir. Seseorang yang tidak pernah membaca hanya hidup sekali. Tetapi bagi para pembaca, mereka menjalani ribuan kehidupan sebelum meninggal.
“The man who never reads lives only one. A reader lives a thousand lives before he dies. ”
- George R.R Martin
Penghujung acara ditutup dengan berfoto bersama. Sesi ini perlu Manda tinggalkan mengingat dua putri masih di luar bersama Tante Qure. Manda bertemu kembali dengan Nayyara dan Mysha dan ikut menikmati rangkaian festival. Melihat-lihat mobil perpustakaan, pameran, hingga penampilan spesial di panggung utama.
Pertunjukan Musik di Panggung Utama
Cukup lama dari terakhir kali Manda menyaksikan pertunjukan musik secara langsung. Pengeras suara yang berdentum-dentum, penonton yang seru bernyanyi bersama, juga menikmati atraktifnya sang penampil. Festival ini menampilkan beragam aksi, dari mulai tarian, band, daaaan ditutup dengan apik oleh Tulus, yang suara khasnya mampu menghinoptis semua penonton.
[caption id="attachment_191" align="alignnone" width="527"] Penampilan Memukau dari Tulus (Foto : Gita Lestari)[/caption]
Rupanya Nayyara tertidur di pangkuan Tante Qure, begitu pula Mysha yang lelap di pelukan Manda. Seru juga rasanya sesekali menyaksikan pertunjukan musik secara langsung seperti ini. Alhamdulillah bergabung dengan Rumah Belajar Literasi memberi pengalaman berharga ini.
Add your comment